Beranda Cerpen Informasi Soal Online Kelas VI Soal Online Kelas V Soal Online Kelas IV Soal PH Soal PTS Soal PAS Soal Matematika Soal Literasi Soal Numerasi Soal US Artikel Perangkat KBM Materi Kelas VI Materi Kelas V Materi Kelas IV Motivasi Solusi Profile Contact

Jumat, 17 April 2020

CINTA TIDAK SEBATAS KATA-KATA


Cinta tidak hanya dengan kata-kata

Sinar mentari menembus jendela kamar seorang gadis yang masih tertidur lelap diselimuti badcover motif bunga kesukaannya. Perkenalkan namaku Naura Lovata putri, aku akrab di panggil Lora. Aku berumur 22 tahun seorang mahasiswa semester 5 dan sedang menjalani kuliah di Universitas Swasta di Jakarata. Jam dinding menunjukkan pukul 08.00 WIB aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Hari ini hanya ada 2 mata kuliah saja. Ups lupa, aku kuliah mengambil jurusan ekonomi bisnis. Aku memilih jurusan itu karena memang sangat menyukai pelajaran ekonomi sejak duduk di bangku SMA. 

Aku anak kedua dari dua bersaudara, kakakku bernama Azkara Tama yang sekarang sedang melanjutan study S-2 di London. Aku di sini tinggal bersama kedua orang tuaku Papa, Galih, dan Mama Jani. Sebelum berangkat kuliah tidak lupa mama sudah menyiapkan sekotak bekal untukku. Seorang laki-laki yang mengenakan kaca mata sedang menungguku di ruang tamu. Perkenalkan namanya Aksha Delvin, panggil saja dia Devin. Yapp ia adalah kekasihku, kami menjalin hubungan hampir 2 tahun. Asal kalian tahu, ulang tahun kami hanya berbeda sembilan hari, serta kami lahir di bulan yang sama. Satu permasalahan yang kami hadapi dalam hubungan ini perbedaan agama dan Devin adalah mantanku. Kalau kalian menganggap itu hanya hal sepele, tetapi bagi kami itu tidak sesepele yang kalian pikir. 

Hubungan yang kami jalani sekarang tidak mendapatkan restu dari Papaku. Walaupun aku sudah meyakinkan papaku kalau dia adalah lelaki yang baik buatku tapi papa masih tidak merestui hubungan kami. Sudah berbagai macam cara kami lakukan untuk mendapat restu papa, tetapi hasilnya tetap nihil. Sikap Devin sangat ramah pada papa ditunjukkan dengan membelikan makanan kesukaan papa, menyukai hobbi yang papa sukai walau Devin tidak menyukainya, dan rela mendengar cacian papa agar ia menjauhi ku. Meskipun dia tau itu tidak pernak akan ia lakukan. Lebih parahnya lagi Devin sempat mendapat pukulan maut di depan papa dari kak Tama karena mengakui kesalahan yang pernah ia buat padaku. Tidak seperti kak Tama yang lantas memaafkan Devin. Sekecewa itukah papa dengannya? 

Tetapi kami tidak akan menyerah untuk meyakini papaku tentang hubungan kami. Sesampainya di kampus aku langsung masuk kelas, selama 2 jam perkuliahan berlangsung, dan Devin masih setia menungguku di kantin. 

“baby … “ sapaku padanya 

“gimana kuliah hari ini?“, sahutnya. 

“emmm …, sangat melelahkan”. Tiba-tiba iya mengeluarkan satu bungkus coklat kesukaanku. “ini buat obat lelahnya, siapa tau setelah makan ini jadi ilang”, memberikan satu bungkus coklat padaku. “makasi my baby” sambil memeluk erat Devin. Devin dan aku satu kampus tapi berbeda jurusan. Devin jurusan Hukum dan aku ekonomi, hari ini ia tidak ada mata kuliah jadi ia hanya mengantarku saja. 

Setelah dari kampus kami memutuskan mampir ke sebuah mini market untuk membeli beberapa cemilan untukku. Sesampainya kita di rumahku terlihat papa sedang menyiram tanaman, tanpa basa basi papa langsung menyuruhku masuk tanpa menyapa Devin terlebih dahulu. Itu membuatku sangat kesal kepada papa, sebenci itukah terhadap Devin. Tanpa basa-basi dengannya aku langsung masuk ke dalam kamar dan menangis. Mama yang tahu kejadian tadi langsung mengikutiku dari belakarng. 

“Lora harus sabar yahh, kamu sama Devin gak boleh nyerah untuk ngeyakinin papa, mama yakin kalian nanti bakalan dapat restu dari papa “ucapnya, sambil mengelus ngelus punggungku. 

“ma … kenapa papa tidak seperti mama, kenapa papa sebenci itu pada Devin ma?” 

“papa belum bisa terima gimana dia menyakiti putri kecilnya.” Sahut mama 

“tapikan Devin sudah mengakui perbuatannya ma dan aku sudah memafkannya bahkan sudah melupakan kejadian itu“ 

“tapi papamu belum bisa melupakannya raa, saran dari mama coba terus yakini papa kalo Devin memang yang terbaik buatmu, papa hanya butuh waktu untuk menerimanya raa”. sahut mama. 

Aku hanya membalasnya dengan anggukan kecil, dan mama keluar dari kamarku. Menangis membuatku mengantuk dan aku tertidur hingga sore hari. Gedoran pintu dari luar membangunkanku, terdengar suara papa memanggilku untuk makan malam. 

“Lora, bangun waktunya makan malam sayang”, teriakan papaku. 

“iya pa, aku akan mandi dulu dan aku akan turun”, sahutku. 

Sebulan setelah kejadian itu, aku sepakat dengan Devin untuk mencoba meluluhkan hati papa lagi. Devin datang kerumah membawa maknan kesukaan papa yaitu nastar keju. Belum sempat masuk papa sudah menyuruhnya pulang. 

“papa …” Teriakku 

“papa gak mau melihat muka dia di rumah ini“ pekik papaku 

“paa … cukup, tidakkah ada kata maaf bagi Devin di hati papa? segitu bencikah papa padanya, sampai papa harus mengusirnya tanpa melihat etikat baik yang dia lakukan untuk papa?” kataku sambil terisak. 

Papa yang masih berdiam dan belum menjawab satu pertanyaan yang aku lontarkan padanya. 

“Om.. maaf aku sudah lancang menyukai anak gadis Om. Maaf jika dulu aku pernah menyakiti Lora, aku tahu perbuatanku padanya sangat membuat Om marah padaku, tapi asal Om tahu aku sangat menyayangi anak Om. saya sangat menyesal pernah menyakitinya dan membuatnya menagis. Beri saya kesempatan yang terakhir kalinya untuk membahagiakan anak Om, dan saya tidak akan mengulangi perbuatan yang pernah saya lakukan padanya.” Sahut Devin. 

“paa … Lora mohon maafin Devin, apa papa tidak ingat saat kak Tama memukulnya sampai babak belur dan papa hanya diam saja, tidak cukupkah hukuman yang papa berikan pada Devin melalui kak Tama? please pa … jawab pertanyaan Lora. Lora sangat mencintainya paa … “ kataku sambil menahan tangis. 

Tiba-tiba mama datang dari arah kamar, dan terkejut melihat kita bertiga yang masih berada di teras depan rumah. Mama yang melihat muka merah papa berusaha menenanginya. 

“Paa …, enggak baik ribut di luar, malu kalau di dengar oleh tetangga”, kata mama sambil mengelus bahu papaku. Tanpa sepatah kata pun papa langsung masuk kedalam ruang tamu. Mama menyarankan Aku dan Devin ikut masuk. Suasana masih sunyi tidak ada satu orang pun yang berani membuka pembicaraan terlebih dahulu. 

“Om Galih … Devin mohon, maafin Devin“ sambil menatap mata Om Galih. 

“Paa … sudahin marahnya, engak kasian padanya dan anak kita, apa belum cukup usaha yang mereka lakukan untuk mendapat maaf dan restu dari papa?, apa papa tidak kasian pada anak kita yang setiap malam menangis karena memikirkan masalah ini yang belum selesai-selesai?, tidak adakah sedikit kata maaf buat Devin?” timpal mama mencoba meyakini papa. 

“Okay, papa akan memberikan satu kali kesempatan untukmu Devin, jika kamu menyakiti anak kesayangan Om lagi, jangan harap kamu mendapatkan maaf untuk yang kesekian kalinya dariku, dan satu pesan Om untukmu sayangi Lora, jangan pernah membuatnya menangis lagi. Om sudah sangat kecewa dengan perbuatanmu dahulu. Om tidak mau melihat anak kesayanganku menangis untuk yang kesekian kalinya“, sambal menatap mata Devin. 

“Makasi Om Galih, saya janji tidak akan membuatnya menanngis lagi, aku akan menjaganya, membuatnya senang setiap hari. Aku tidak akan membuatnya meneteskan air mata kesedihan”, Ucap Devin sambil memeluk Om Galih. 

Lora yang mendengar perkataan papanya pun langsung memeluk papanya dengan sangat erat sambil mengucapkan terima kasih. Ia pun tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada mamanya juga, berkat saran darinya papanya bisa berbaikan dengan Devin. 

“tetapi satu permintaan papa pada kalian, cepat selesaikan kuliah kalian, jangan hanya pacaran terus dan satu lagi Lora tidak boleh menikah kalau belum bekerja, okay … “kata papa sambil tertawa. 

“Siap komandan … “, sahut lora sambil hormat kepada papanya. 

Jika kalian bertanya bagaimana perasaanku saat ini, aku sangat senang akhirnya setelah melewati perjalanan panjang serta cobaan yang begitu banyak dan akhirnya terbayarkan dengan maaf yang diberikan oleh papaku untuk Devin. Dan satu lagi untuk permasalahan beda agama, papa dan mamaku tidak mempermasalahkannya lagi, jika aku bahagia maka mereka ikut bahagia. Ternyata benar kata pepatah yang mengatakan kalau usaha tidak akan menghianati hasil. Seperti usahaku dan Devin yang mencoba meluluhkan hati papaku. Satu pesanku untuk kalian, seberat apapun cobaan yang kalian hadapi, jangan pernah menyerah untuk menghadapinya, teruslah semangat sampai impian kalian tercapai. 

                                                                                                                                                       By: EN

0 comments:

Posting Komentar